BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencabutan gigi sulung merupakan tindakan yang umum
dilakukan di poli gigi. terdapat banyak penyebab dilakukannya pencabutan gigi
seperti adanya masalah periodontal di mana gigi yang rusak sudah tidak dapat dirawat
dengan perawatan pulpa atau perawatan saluran akar. Penyebab lain dilakukannya
pencabutan gigi ialah dilakukannya perawatan ortodonti yang mengharuskan
dilakukannya pencabutan gigi. Adanya cedera traumatic juga dapat dipertimbangkan sebagai salah satu penyebab
umum dilakukannya penabutan gigi. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui
gambaran karakteristik dan pencabutan gigi sulung di Puskesman Paniki Bawah kota Manado pada tahun
2012. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Data
yang diambil merupakan data skunder berupa seluruh kartu status pasien
pencabutan gigi sulung pada tahun 2012 berjumlah total 122. Hasil penelitian berdasarkan
usia menunjukkan pada usia 2-4 tahun terdaoat 1 pencabutan (0,81%), usia 5-9
(13.,13%). Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki berjumlah 59 anak (48,36%)
sedangkan perempuan berjumlah 63 anak (51,64%). Berdasarkan penyebab pencabutan
gigi diketahui terdapat tiga penyebab pencabutan gigi yaitu karies, mobilitas,
dan presentasi gigi. Dari ketiga penyebab tersebut, karies gigi merupakan
penyebab terbanyak dengan total 70 pencabutan gigi (57,37%). Penyebab lainnya
yaitu mobilitas sebanyak 38 gigi (31,14%) dan persistensi sebanyak 14 gigi
(11,49%).
1.2 Rumusan Masala
1. Apa definisi dari pencabutan gigi?
2. Apa saja penyebab terjadinya pencabutan
gigi?
3. Apa fungsi gigi geligi?
4. Apa saja karakteristik penelitian di
Puskesmas Panaki Bawah?
5. Bagaimana hasil penelitian pencabutan gigi
pada anak di Puskesmas Panaki Bawah?
6. Bagaimana Komplikasi Pencabutan dengan Penyulitan?
7. Apa saja Tekhnik Pencabutan Gigi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi pencabutan gigi
2. Mengetahui penyebab pencabutan gigi
3. Mengetahui fungsi gigi geligi
4. Mengetahui apa saja metode penelitian
5. Mengetahui penjelasan hasil penelitian
pencabutan gigi di Puskesmas Panaki Bawah.
6. Mengetahui komplikasi pencabutan dengan
penyulitan.
7. Mengetahui tekhnik-tekhnik pencabutan gigi
BAB
II
ISI
2.1
Definisi Pencabutan gigi
Pencabutan gigi merupakan salah satu tindakan
perawatan dalam bidamg Kedokteran Gigi. Penderita umumnya dating ke dokter gigi
jika telah timbul keluhan yang sangat mengganggu dengan kerusakan gigi yang
parah. Sehingga dalam tindakan pencabutannya mendapatkan kesulitan dan
pembutuhan teknik yang sesuai dengan kasusnya.
2.2 Penyebab Pencabutan gigi
1.
Karena ada masalah periondontal dimana
gigi yang rusak sudah tidak dapat dirawat dengan perawatan pulpa atau perawatan
saluran akar.
2.
Dilakukan perawatan ortodonti yang
mengharuskan dilakukannya pencabutan gigi.
3.
Adanya gigi persistensi, gigi yang tidak
tanggal padahal telah waktuya tanggal dan menunjukkan resorpsi akar yang tidak
cukup untuk proses terjadinya tanggal gigi.
4.
Hipodonsia dan trauma yang terus menerus
terjadi atau infeksi berat pada gigi sulung.
5.
Karies gigi atau gigi berlubang.
6.
Kegoyangan gigi atau gigi yang
sudah waktunya tanggal.3
2.3 Fungsi Gigi Geligi
Gigi geligi
memiliki fungsi penting seperti menstimulasi pertumbuhan lengkung rahang,
menjaga hubungan oklusi yang normal, dan mempunyai peranan penting dalam fungsi
bicara. Kehilangan gigi geligi akibat pencabutan sebelum waktu erupsi dan tidak
dilakukan perawatan lebih lanjut pada anak-anak dapat berakibat buruk seperti drifting, tilting dan malposisi dari
gigi tetangga atau gigi prngganti. Masalah lain yang dapat ditimbulkan oleh
terjadinya kehilangan gigi ialah masalah estetika. Ketika masalah estetika
terjadi maka hal ini dapat lanjut seperti stres dan gangguan intreaksi social
yang nantinya akan mempersulit penanganan hal tersebut.1,2
2.4 Karakteristik Penelitian Pencabutan
gigi di Puskesmas Panaki Bawah
a)
Berdasarkan jenis kelamin
b)
Berdasarkan pengelompokkan umur
c)
Berdasarkan penyebab pencabutan gigi
2.5 Penyebab dan Penjelasan hasil
penelitian pencabutan gigi
Hasil
penelitan yang dilakukan di Puskesmas Panaki Bawah ini dalah karies gigi dengan
total 70 gigi dari 122 gigi yang dicabut atau 57,37% diikuti oleh persintensi
sebanyak 38 gigi 31,14% dan sebanyak 14 gigi 11,49% disebabkan oleh mobilitas
gigi. Karies gigi yang merupakan penyebab utama pencabutan gigi pada penelitian
ini merupakan penyakit infeksi gigi yang paling sering ditemukan pada masyarakat
dan dapat ditemukan pada anak usia dini. Terdapat 90% kasus karies yang
ditemukan pada pasien anak yang dating pada klinik Pedodonsi Fakultas Kedoteran
Gigi Universitas Airlangga. Nilai yang sama juga ditemukan di Jakarta.
Pravalensi karies pada anak balita di Malaysia juga tergolong tinggi dengan
angka 87,1%.
Penyebab dilakukan pencbutan gigi anak pada
usia 3-6 tahun di kota Mosul menunjukkan bahwa dari 130 anak yang diteliti pada
penelitian tersebut terdapat 99 anak (60,7%) yang mengalami pencabutan gigi
disebabkan oleh karies gigi. Hal yang tidak jauh berbeda yaitu meneliti usia
3-6 tahun terdapat 142 (57%) yang disebabkan oleh karies gigi. 11
Penyebab pencabutan gigi lainnya yaitu mobilitas dan
persistensi gigi . Penelitiaan yang dilakukan ditemukan 20 gigi dari total 130
gigi yang dicabut disebabkan oleh mobilitas gigi (12,3%) sedangkan terdapat 14
gigi (8,6%) untuk persistensi gigi. 11,12
Moblitas disini merupakan kegoyangan gigi yang
normal terjadi pada anak yaitu kegoyangan gigi sudah waktunya tanggal.
Mobilitas gigi disini disebabkan karena terjadina resorpsi pada akar yang
merupakan proses fisiologis normal dari gigi desidui.13 Orang tua
biasanya akan dating ke dokter gigi jika melihat gigi pengganti sudah muncul.
Bahkan orang tu yang biasanya “berani” mencabut gigi anaknya sendiri akan
kebingungan bahkan takut untuk melakukan pencabutan gigi sendiri karena biasanya gigi pengganti akan erupsi dari arah
ligual atau palatal sehingga gigi yang menggangu atau tidak dalam keadaan normal.
Dalam keadaan seperti ini, para orang tua biasanya akan mendatangi dokter untuk
melakukan pencabutan gigi pada anak mereka.
2.6 Komplikasi Pengobatan dengan
Penyulitan
1. Fraktur
Tulang Alveolar
2. Fraktur
Tuber Maksita
3. Masuknya
Fragmen Akar ke dalam Sinus
4. Pendarahan
yang Berlebihan
5. Trauma
pada Nervus Alveolaris, Nervus Mentasi dan Lingualis
2.7 Teknik Pencabutan
Gigi
1. Teknik Open Methode Extraction
Pencabutan gigi teknik open method extraction adalah teknik
mengeluarkan gigi dengan cara pembedahan dengan melakukan pemotongan gigi atau
tulang. Prinsip pada teknik ini adalah pembuatan flap, membuang sebagian
tulang, pemotongan gigi, pengangkatan gigi, penghalusan tulang, kuretase, dan
penjahitan6.
2 2. Teknik
Pencabutan Gigi Akar tunggal (Dym, 2001. Gans, 1972,Peterson, 2003)
Teknik pencabutan open
method extraction dilakukan pada gigi akar tunggal jika pencabutan secara
intra alveolar atau pencabutan
tertutup mengalami kegagalan, atau fraktur akar di bawah garis servikal. Tahap
pertama teknik ini adalah membuat flap mukoperiostal dengan desain flap
envelope yang diperluas ke dua gigi anterior dan satu gigi posterior atau
dengan perluasan ke bukal/labial. Setelah flap mukoperiostal terbuka secara
bebas selanjutnya dilakukan pengambilan tulang pada daerah bukal/flabial dari gigi yang akan dicabut,
atau bisa juga diperluas kebagian posterior dari gigi yang akan dicabut. Jika
tang akar atau elevator memungkinkan masuk ke ruang ligamen periodontal, maka pengambilan dapat digunakan
tang sisa akar atau bisa juga menggunakan elevator dari bagian mesial atau
bukal gigi yang akan dicabut. Jika akar gigi terletak di bawah tulang alveolar
dan tang akar atau elevator tidak dapat masuk ke ruang ligamen periodontal maka
diperlukan pengambilan sebagian tulang alveolar. Pengambilan tulang diusahakan
seminimal mungkin untuk menghindari luka bedah yang besar. Pengambilan tulang
alveolar dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, pengambilan tulang
dilakukan dengan ujung tang akar bagian bukal menjepit tulang alveolar. Kedua,
pembuangan tulang bagian bukal dengan bur atau chisel selebar ukuran mesio-distal akar dan panjangnya setengah
sampai dua pertiga panjang akar. Pengambilan akar gigi bisa dilakukan dengan
elevator atau tang akar. Jika dengan cara ini tidak berhasil maka pembuangan
tulang bagian bukal diperdalam mendekati ujung akar dan dibuat takikan dengan
bur untuk penempatan elevator. Setelah akar gigi terangkat selanjutnya
menghaluskan tepian tulang, kuretase debris atau soket gigi. mengirigasi dan
melakukan penjahitan tepian flap pada tempatnya

Gambar 1 : Pencabutan gigi teknik open method extraction
dengan pengambilan sebagian tulang bukal (Peterson, 2003)
3. Teknik Pencabutan Gigi Akar Multipel
atau
Akar Divergen
(Dym, 2001, Cans, 1972, Petcrson, 2003)
Pencabutan gigi akar multipel
dan akar divergen perlu pengambilan satu persatu setelah dilakukan pemisahan
pada bifurkasinya. Pertama pembuatan flap mukoperiostal dengan desain flap
envelop yang diperluas. Selanjutnya melakukan pemotongan mahkota arah
linguo-bukal dengan bur sampai akar terpisahkan. Pengangkatan akar gigi beserta
potongan mahkotanya satu-persatu dengan tang.

Gambar 2 : Tcknik open method extraction dengan pemotongan
mahkota gigi arah linguo-bukal (Peterson, 2003)
Cara lain
adalah dengan pengambilan sebagian tulang alveolar sebelah bukal sampai dibawah
servikal gigi. Bagian mahkota dipotong dengan bur arah horizontal dibawah
servikal. Kemudian akar gigi dipisahkan dengan bur atau elevator, dan satu
persatu akar gigi diangkat. Tepian tulang atau septum interdental yang tajam
dihaluskan. Selanjutnya socket atau debris dikuret dan diirigasi serta pcnjahitan tepian
flap pada tempatnya.14

Gambar 3: Pencabutan gigi
molar atas dengan pemotongan mahkota dan pengambilan akar satu persatu
(Peterson, 2003).14
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
:
1. Pencabutan
gigi sulung di Puskesmas Panaki Bawah Manado pada bulan Januari 2012 sampai
Desember 2012 terbanyak pada usia 5-9 tahun.
2. Berdasarkan
jenis kelamin, perempuan lebih banyak daipada laki-laki
3. Berdasarkan
penyebab pencabutan gigi, karies gigi merupakan penyebab terbanyak, diikuti
mobilitas dan persistensi.
3.2
Saran
1.
Bagi pemerintah diharapkan dapat mengoptimalkan upaya pencegahan dan
penanggulangan masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi pada anak-anak dan
penyediaan alat-alat yang belum tersedia di Polio Gigi Puskesmas Paniki Bawah
Manado.
2.
Bagi masyarakat diharapkab dapat menggunakan fasilitas Poli Gigi di Puskesmas
Paniki Bawah sehingga dapat meningkatkan status kebersihan gigi dan mulut.
3. Mahasiswa FKG mampu mengetahui tekhnik-tekhnik pencabutan gigi
Daftar
Pustaka
1. Mohammed AG.
Causes of primary and permanent teeth extraction in children aged 3-12 years in
mosul city. Al- Rafidain Dent. J. 2008;8 (2): 24S-29S.
2. Adekoya-Sofowora CA.
Traumatized anterior teeth in children: a review of the literature. J Niger Med
2001; 10(4): 151-157
3. Bjerklin K, Bennet J.
the long term survival of second primary molars in subjects with agenesis of
premolars. J Eur of orthod. 2000; 22: 245-255
4. Odai CD, Azodo CC, Ezeja EB,
Ebuekwe ON. Reason for Exodontia in rural Nigerian childdern.
Department periodontiticis University Teaching Hospital, Benin Nigeria. 2010;
33(132):19-24
5. Anyanechi C, Chukwuneke F.
Survey of the reasons for dental extraction in eastern Nigeri.Ann Med Health
Sci Res. 2012 Jul;2(2):129-33
6. Pottimau E.
Gambaran pencabutan gigi sulung di puskesmas bahu pada tahun 2010. Skripsi.
Manado: Universitas Sam Ratulangi. 2011
7. McDonald RE, Avery DR. Dean JA.
Dentistry for the child and
adolescent. 8th Missouri: Mosby; 2004
8. Tamba S.
Waktu erupsi gigi permanen ditinjau dari usia kronologis pada anak usia 6-12
tahun di sd st Antonius v medan. Skripsi. USU:Medan 2010
9. Pola
erupsi gigi permanen pada anak etnis tionghoa sd perguruan buddhis bodhictitta.
Skripsi. USU:Medan;2010
10. Mohammed AG.
Causes of primary and permanent teeth in children aged 3-12 years in mosul
city. Al-rafidain Dent. J. 2008; 8(2): 24S-29S
11. Mohamad SBB.
Karies gigi pada anak usia 20-40 bulan dengan kelahiran prematur di rsu
pirngadi medn. Skripsi. USU: Medan;2011
12. Nsour HF, Masarweh NA.
Reasons for extraction of primary teeth in Jordan-a study. Pakistan oral &
dent. J. 2013; 33(2)
13. Harokopakis-hajishengallis E.
Physigologic root resorpation in
primary teeth: molecular and histological events. Journal of Oral Science:
49(1):1-12. 2007
14. Jurnal
Kesehatan Gigi Volume 1 Nomor 2 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar